TEMPO.CO, Jakarta - Stadion Anfield, Liverpool, Minggu malam ini, 16 Desember 2018, menghadirkan pertandingan akbar dan merupakan salah satu partai klasik di Liga Inggris, juga Eropa, yaitu Liverpool FC menjamu Manchester United.
Dalam sejumlah prediksi di berbagai media dan beberapa penampilan terakhir, Liverpool lebih diunggulan dari Manchester United pada rangkaian partai ke-17 Liga Primer Inggris 2018-2019. Secara keseluruhan dalam satu musim ini, masing-masing dari 20 tim Liga Primer akan memainkan 38 pertandingan kandang dan tandang sampai Mei 2019.
Saat ini bukti yang menguatkan prediksi Liverpool lebih diunggulkan adalah tim berjuluk Reds ini menjadi satu-satunya klub yang belum terkalahkan di Liga Primer 2018-19.
Liverpool menempati peringkat kedua klasemen dengan hanya ketinggalan dua poin dari sang pemimpin yang juga juara bertahan, Manchester City.
Dengan demikian, Liverpool berpeluang menggeser City dari puncak klasemen Liga Primer malam ini, jika berhasil mengalahkan Manchester United. Pasalnya, bila menang, Reds akan mendapat tambahan tiga poin.
Sebaliknya, Manchester United –untuk ukuran klub sebesar mereka- masih terpuruk di peringkat keenam, dengan ketinggalan 16 poin dari Liverpool.
Selain dari penampilan terakhir, Liverpool memang lebih meyakinkan, yaitu dengan mengalahkan Napoli 1-0 di Liga Champions Eropa, melalui aksi penyerang andalannya, Mohamed Salah.
Adapun pada partai terakhir fase grup Liga Champions, Manchester United kalah 1-2 dari Valencia. Meskipun kekalahan iu tak menghalangi langkah Manchester United ke babak 16 besar Liga Champions –sebagaimana Liverpool-, tapi hasil buruk itu menegaskan kesan penampilan Manchester United di bawah asuhan manajer Jose Mourinho yang kerap tidak konsisten.
Tapi, belajar dari apa yang terjadi selama 16 sampai 17 pertandingan Liga Primer musim ini dan dari sejumlah penampilan wakil-wakil mereka di Liga Champions dan Liga Europa, tak ada yang bisa memberi garansi bahwa tim yang sedang moncer bakal akan terus memenangi pertandingan.
Hal itu terlihat misalnya dari Manchester City asuhan manajer Pep Guardiola yang akhirnya menderita kekalahan perdana di Liga Primer Inggris musim ini.
Demikian juga dengan Chelsea asuhan manajer Maurizio Sarri yang begitu disanjung sejumlah media dengan ulasan-ulasan rinci –terutama soal metode kepelatihan Sarri- pada akhirnya mengalami kekalahan juga.
Chelsea, yang kini menduduki peringkat keempat liga di bawah Tottenham Hotspur, kemudian bangkit dengan merontokkan Manchester City 2-0.
Semua itu menunjukkan tingkat persaingan yang tinggi di Liga Primer Inggris menyebabkan kejutan-kejutan akan selalu mungkin terjadi.
Jose Mourinho kerap mengeluhkan skuadnya belum ideal sebagai Liverpool asuhan Jurgen Klopp atau mantan timnya, Chelsea. Tapi, memprediksi bahwa tim berjulul Red Devils pasti akan tersungkur di Anfield bia menjadi suatu kecerobohan.
Jangan dilupakan pada tingkatan manajer pelatih seperti Jose Mourinho, Jurgen Klopp, Maurizio Sarri, dan lainnya di Liga Inggris, keandalan meramu strategi mereka hampir seimbang.
Yang membedakan mungkin hanya cara pandang atau filosofi mereka dalam menggelar permainan. Ada yang cenderung defensif dan serbaterkontrol seperti Mourinho atau yang progresif serta bersikap positif dengan senantiasa bermain menyerang dan menekan seperti Klopp di Liverpool.